Sabtu, 08 Juni 2013

Refleksi Peringatan Isra Mikraj Menuju Kebangkitan Islam

 Refleksi Peringatan Isra 
Mikraj Menuju Kebangkitan Islam
  ILyas Alimuddin; Mahasiswa Pasca Sarjana Ekonomi 
Perncanaan dan Pembangunan (EPP) UNHAS
Tribun Timur, 07 Juni 2013
 
 
 
 
Bagi umat Islam, bulan Rajab memiliki keistimewaan tersendiri. Bagaimana tidak, pada bulan ini terjadi peristiwa yang sangat monumental yang sangat menentukan arah agama Islam di kemudian hari.

Sebuah momen penting dalam perjalanan dakwah Rasulullah saw, yaitu peristiwa Isra’ Mi’raj. Menurut riwayat Ibnu Sa’d, peristiwa Isra Mikraj berlangsung delapan belas bulan sebelum Rasulullah saw dan kaum muslimin hijrah ke Madinah. Atau tepatnya tanggal 27 Rajab.

Allah SWT menggambarkan peristiwa ini dengan firman-Nya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjid al-Haram ke al-Masjid al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (TQS. al-Isra': 1).

Ibnu Hisyam dalam Sirah-nya (juz 1, hal 397) meriwayatkan beragam kemukjizatan yang dialami Rasulullah saw. Diantaranya adalah Buraq yang Beliau jadikan tunggangan selama perjalanan Isra dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha, yakni hewan berwarna putih seperti bighal (peranakan kuda dan keledai) yang memiliki sayap yang langkah kakinya sejauh pandangan mata.

Allah SWT juga mempertemukan Rasulullah saw. dengan para nabi dan Rasul dan Beliau mengimami mereka. Selain itu Beliau pun diperlihatkan beragam keadaan penghuni neraka dan azab yang mereka derita diantaranya azab kepada pelaku riba, para pezina, dan pemakan harta anak yatim.

Setelah beliau berada di Mekkah dan menceritakan peristiwa yang baru saja beliau alami, maka meledaklah hinaan kaum kafir Quraish. Mereka menganggap apa yang dituturkan oleh Rasulullah adalah kebohongan dan lelucon semata. Mereka mulai memprovokasi untuk mendustakan Rasulullah. Mereka beranggapan bahwa mustahil melakukan perjalanan dari Mekkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina yang kemudian dilanjutkan Mikraj ke Sidratul Muntaha hanya dalam tempo waktu tak cukup semalam. Dengan pendekatan rasional semata maka peristiwa Isra Mikraj mereka dustakan, karena memang akal tak pernah sanggup memikirkan persoalan seperti itu. Hanya landasan keimanan yang bisa menjawab dan membenarkannya.

Akibat hasutan dan provokasi massif kaum kafir banyak kemudian yang lemah imannya kembali murtad dari islam. Kondisi seperti sangat membahayakan bagi kelangsungan agama Islam yang penganutnya masih belum terlalu banyak.

Saat kondisi genting seperti ini muncullah Abu Bakar yang membenarkan dengan pasti apa yang telah diceritakan oleh Rasulullah. Saat kaum kafir mendustakan Rasul justru sebaliknya Abu Bakar menyerang tuduhan mereka. Karena sikapnya inilah, Abu Bakar digelari oleh Rasul saw sebagia ash-shiddîq dikarenakan pembenaran dan keyakinannya terhadap berita Isra’ Mi’rajnya Rasul SAW. Saat ini sikap serupa yang dicontohkan oleh Abu Bakar ra. itulah yang harus kita tunjukkan. Tidak goyah keimanannya meski dihasut dan diprovokasi oleh opini menyesatkan kaum kafir Quraish.

Kebangkitan Islam

Selain peristiwa monumental Isra Mikraj, bulan Rajab juga merekam peristiwa kelam bagi umat Islam. Tepatnya tanggal 28 Rajab 1, institusi pemersatu umat islam yakni Daulah Kekhilafahan Turki Utsmani diruntuhkan oleh Mustafa Kemal At-tatturk. Maka mulai pada saat itulah samapi sekarang ini umat Islam di seluruh dunia tidak lagi memiliki institusi pemersatu dan pelindung kehormatan umat.

Akibatnya kehormatan kaum muslimin dihinakan, kekayaan alam mereka dirampok, ekonomi mereka terpuruk, kehidupan sosial masyarakat dipenuhi tindak kriminalitas dan demoralisasi, darah mereka ditumpahkan seperti yang terjadi di Irak, Afganistan, Palestina, Myanmar dan negara lainnya. Syariah islam dinistakan, Nabi Muhammad dihina, seperti pemuatan kartun oleh media di negara-negara eropa.

Tak ada lagi kehormatan dan predikat umat terbaik (khairu ummat) yang melekat dalam umat Islam. Ajaran Islam seakan tak bisa lagi menjadi rahmat bagi semesta alam.

Pertanyaan kritis yang semestinya selalu dihadirkan dalam benak umat islam adalah, bagaimana membangkitkan umat Islam yang sedang terburuk? Bagaimana mengembalikan gelar atau predikat khairu umat? Dan tentunya usaha apa yang mesti dilakukan untuk membuktikan kembali bahwa ajaran Islam adalah Rahmat bagi seluruh alam?

Dengan merujuk apa yang pernah diraih oleh umat Islam khususnya para generasi terbaik umat, maka akan ditemukan jawaban pasti bahwa faktor utama keberhasilan menjadi umat yang disegani adalah adanya aktualisasi kehidupan islami yang sempurna yang mewujud dalam penerapan syariah secara kaffah yang dilindungi oleh sebuah negara yang islami pula.

Karenanya jika umat Islam saat ini ingin meraih kemulian hidup yang sempurna maka tak ada jalan kecuali mencontoh apa yang pernah dilakukan oleh umat terdahulu. Mengambil jalan lain selain itu terbukti tidak pernah mampu membangkitkan umat Islam, justru semakin membawa Islam ke jurang keterpurukkan.
Semoga peringatan Isra Mikraj tahun ini menjadi proses refleksi dan intropeksi diri bagi seluruh umat Islam, untuk kemudian menyatukan langkah menyongsong kebangkitan umat Islam. Semoga!!! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar