Rabu, 12 Juni 2013

Pak Taufiq Kiemas yang Saya Kenal

Pak Taufiq Kiemas yang Saya Kenal
Trimedya Panjaitan ;   Ketua Badan Kehormatan DPR RI, 
Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Hukum, HAM, dan Perundang-undangan
    
KORAN SINDO, 11 Juni 2013
 
 
 

Saya pertama mengenal Pak Taufiq Kiemas (TK) enam belas tahun lalu saat di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. Bersama para pengacara-pengacara muda lain, saya bergabung dalam Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) yang dibentuk Adnan Buyung Nasution, Haryono Tjitrosoebeno (alm), R O Tambunan, dan advokat-advokat senior lain.

Di dalamnya antara lain Luhut MP Pangaribuan dan Bambang Widjojanto. TPDI memberikan pembelaan hukum kepada PDI pro-Megawati Soekarnoputri dalam menggugat keabsahan Kongres IV Medan yang menghasilkan PDI versi Soeryadi. Legal action ini diambil PDI pro-Megawati pascapenyerbuan Kantor DPP PDI oleh massa berseragam merah bertuliskan pendukung Kongres IV Medan yang diduga didukung aparat keamanan pada 27 Juli 1996.

Menyikapi aksi kekerasan itu, Ibu Megawati Soekarnoputri memilih menempuh jalur hukum dan TPDI yang melakukan advokasinya. TPDI juga melakukan pembelaan hukum terhadap para aktivis PDI yang menjadi korban penyerbuan itu, tapi justru dijadikan tersangka. Sebanyak 143 aktivis PDI diadili dan dijatuhi hukuman oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Saat itu interaksi saya lebih sering dengan Ibu Megawati. Kami rutin bertemu Ibu Megawati untuk membahas upayaupaya hukum dan strategi pembelaannya. Tapi, Pak TK juga sering berinteraksi dengan kami, para pengacara. Pak TK itu care, peduli, bersikap ngopeni terhadap kami, khususnya para pengacara muda. Beliau juga care kepada para aktivis PDI, para korban yang malah jadi pesakitan itu.

Setelah saya bergabung dengan PDI Perjuangan, menjadi calon anggota legislatif pada Pemilihan Umum (Pemilu) 1999, dan menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan (dapil) Bangka Belitung melalui pergantian antarwaktu, saya semakin sering berinteraksi dengan Pak TK. Beliau pula yang kemudian menantang saya untuk pindah dapil ke Sumatera Utara alias ”pulang kampung” pada Pemilu 2004.

Beliau bilang, ”Orang Batak, kalau hebat, mesti daerah pemilihannya daerah Batak. Masaorang Batak daerah pemilihannya daerah lain.” Beliau sosok yang sangat peduli dengan anak muda. Beliau akan memberi kesempatan seluas- luasnya kepada anak muda yang berpotensi tanpa membeda- bedakan.

Kalau ada anak muda yang pintar dan rendah hati, pasti beliau dukung. Beliau selalu menyerukan pentingnya regenerasi dalam dunia politik, tentang pentingnya kaderisasi internal di partai politik. Saat awal dulu saya ditunjuk partai menjadi ketua Komisi III DPR, beliau menekankan dengan menduduki posisi ketua komisi. Itu berarti saya sudah berada dalam alur mainstream partai.

Artinya, secara ideologi tidak diragukan lagi. Beliau mengingatkan bahwa loyalitas, rendah hati, serta didukung kemampuan intelektual dan membangun jaringan merupakan modal penting berpolitik. Beliau selalu mengingatkan kami agar berpolitik dengan santun, tidakmembuatmusuh, tidak membuat kontroversi yang tidak perlu, dan membangun jaringan yang kuat sehingga bisa berperan dalam membesarkan partai dan memberi sumbangsih dalam mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.

Pak TK merupakan tokoh yang bisa mencairkan kebekuan di internal partai. Beliau juga selalu mampu memberikan solusi dalam masalah-masalah politik yang terjadi. Ini sesuai dengan pameo beliau bahwa dalam politik tidak ada jalan buntu. Pak TK memiliki peran penting dalam membesarkan PDI Perjuangan. Bersama Ibu Megawati, keduanya merupakan pasangan yang kompak dan saling melengkapi.

PDI Perjuangan bisa menjadi pemenang dalam Pemilu 1999, dan bertahan di tiga besar hingga sekarang, adalah berkat kekompakan Pak TK dan Ibu Megawati dalam membesarkan partai. Ibu Megawati dengan karismanya dan Pak TK dengan kepiawaian berpolitik, kemampuan lobi, dan komunikasi politiknya yang baik.

Pak TK bukan hanya milik PDI Perjuangan, melainkan milik bangsa dan negara Indonesia. Pak TK seorang negarawan, tokoh pluralisme, tokoh yang gigih melakukan rekonsiliasi, nasionalisme sejati, perawat kebhinekaan, dan penjaga rumah kebangsaan. Melalui Empat Pilar Kebangsaan, yang beliau kampanyekan dan sosialisasikan dengan gigih itu, bangsa ini diingatkan kembali akan nilainilai kebangsaan dan kebernegaraan yang didasarkan pada Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Di jajaran pimpinan lembaga negara, PakTKmerupakanpolitisi paling senior, posisi moralnya kuat, ramah bergaul ke semua lingkungan, dan mengayomi semua golongan sehingga beliau ditasbihkan sebagai ketua kelas. Ini menunjukkanposisimoralbeliau dalam kepemimpinan nasional. Walausecara konstitusionalMPR bukan lagi lembaga tertinggi, di bawah kepemimpinan seorang TaufiqKiemas, MPRsecara moral masih dianggap sebagai lembaga tertinggi.

Pak TK telah meninggalkan kita di puncak karier politiknya dan mewariskan Empat Pilar Kebangsaan yang sangat penting itu. Rasa duka dan kehilangan terlihat dari banyaknya pelayat yang menghadiri persemayaman dan pemakaman beliau. Dari kalangan pejabat, tokoh masyarakat, wakil dari negara sahabat, hingga warga biasa datang berduyun-duyun untuk ikut melepas kepergian beliau.

Kepergian Pak TK sebuah kehilangan besar. Bangsa ini kehilangan salah satu putra terbaiknya, kehilangan seorang tokoh penjaga nasionalisme, seorang penjaga rumah kebangsaan. Semoga kita bisa meneruskan perjuangan beliau dalam mereaktuali sasinilai- nilaidasarkebangsaan dan kebernegaraan kita. Selamat jalan Pak TK. Semoga beristirahat dengan tenang dan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar