Fatanah's Effect dan Tsunami Impor Daging Sapi PKS
Damang Averroes Al-Khawarizmi; Peneliti Republik Institute
dan Co-Owner negarahukum.com
Tribun Timur, 11 Mei 2013
Setelah Presiden PKS Anis Matta berhasil
meredam tsunami impor daging sapi akhir Januari kemarin. Anis Matta
berhasil merangkul kembali konstituen dan mengembalikan kepercayaan
kadernya. Bahkan Aher-Deddy yang diusung oleh PKS di Jabar. Dianggap
oleh politisi PKS, tsunami impor daging tidak berhasil meluluhlantahkan
kepercayaan pemilih terhadap partai padi yang diapit oleh dua bulan
sabit itu. Karena pasangan Aher-Deddy menang dengan perolehan suara sah
6.515.313 atau 32,39 persen sebagai Gubernur Jabar bulan Maret kemarin.
Tapi PKS jangan bahagia dulu, tsunami
impor daging yang mendera PKS belum juga usai. Berbagai liputan dan
informasi media. Masih mengguncang “nama baik” PKS. Sebagai partai yang
dikenal bersih, mulia, dan peduli.
Masih seputar impor daging sapi
dikembangkan oleh KPK. Dalam formulasi Undang-Undang Tindak Pidana
Pencucian Uang (UUTPP). Kembali meniscayakan PKS harus berbenah diri.
Agar dapat mengembalikan citranya. Dari demoralisasi konstituen.
Gara-gara dihantam kumpulan wanita-wanita cantik. Yang sengaja
dimanfaatkan oleh Ahmad Fathanah. Dalam mengumpullkan pundi-pundi
kekayaannya. Ahmad Fathanah adalah tersangka korupsi impor daging
bersama dengan Lutfi Hasan Ishaaq (LHI) yang sudah ditahan oleh KPK
(30/1/013).
Wanita Cantik
Penegasana itu dihembuskan oleh Artis
cantik senior Ayu Azhari. Ayu menerima uang sebesar Rp 20 juta dan
US$1.800 dari Fathanah. Agar Ayu menghibur di sejumlah acara PKS. Meski
uang tersebut kemudian dikembalikan Ayu kepada penyidik KPK.
Tak tanggung-tanggung. Sampai di situ
sepak terjang Fathanah memanfaatkan wanita cantik. Dalam pusaran korupsi
impor daging sapi. Sederet nama-nama artis, model dan wanita cantik
sempat menjadi guyonannya. Ada nama Suci Maharani pernah tertangkap
tangan bersama Fathanah kemarin. Saat menerima uang sogokan dari
direktur PT Indoguna. Kemudian ada nama Vitalia Shesya, seorang model
cantik juga dihadiahi dengan barang-barang mahal, seperti berlian, tas
dan jam tangan merek Chopard senilai Rp70 juta. Disamping benda-benda
mahal itu, Fathanah membelikan satu unit mobil. Honda Jazz berwarna
putih dipilih Fathanah untuk diberikan kepada Vitalia, yang kemudian
diberi plat nomor B 15 VTA.
Terakhir Fathanah juga diketahui
memberikan mobil merek Honda Freed bernomor polisi B 881 LAA kepada Tri
Kurnia Puspita. Wanita yang belakangan dikenal sebagai orang dekat
Fathanah dan juga seorang penyanyi dangdut. Tri juga ternyata teman
dekat istri Fathanah, Sefty Sanustika. Tak hanya mobil, Fathanah juga
menghadiahi Tri Kurnia jam tangan merek Rolex dan gelang mewah merek
Hermes yang ditaksir bernilai Rp50-70 juta.
Beruntunglah Ahmad Fathanah tidak
digugat cerai oleh isterinya. Sefty Sanustika tetap tegar menerima atas
semua keadaan yang menimpan suami tercintanya. Harus bagaimana lagi,
siapa yang dapat memberi support untuk fathanah. Kalau dirinya
juga tidak mau peduli dengan suaminya, demikian penuturan Sefty
Sanustika di beberapa siaran TV swasta beberapa pekan ini.
Fathanah’s Effect
Meski para elit politik PKS berkilah,
memgelak kalau Ahamad Fathanah tidak ada hubungannya dengan PKS. Karena
beliau bukanlah kader PKS. Fathanah sendiri yang harus
mempertanggungjawabkan semua perbuatan jahatnya. Jadi jangan libatkan
nama PKS. Demikian pembelaan Fahri Hamzah sebagai politisi muda PKS,
juga sebagai salah satu pendiri Partai keadilan (PKS) di era reformasi.
Namun itulah politik, yang memilki muara tersendiri. Jauh lebih cepat
efeknya memberikan vonis dari pada vonis sesungguhnya di meja hijau.
Politik selalu bertumpu pada opini dan kebenaran ontologis. Sehingga
kasus perkasus saling berkelindan dengan kasus yang lainnya. Apalagi
Fathanah sudah terlanjur, terekspose ke media sebagai dalang gratifikasi
dalam kasus impor daging sapi. Akibatanya tidak ada jalan lain. Bagi
PKS dapat menolak tsunami korupsi impor daging, yang ditiupkan oleh
Fathanah. Fathanah’s Effects demikian sempurna
menohok. Slogan bersih dan moralnya PKS. Politik ibarat bangunan
persepsi yang dikelolah sedemikan rupa. Sehingga akar masalahnya meski
tidak memiliki keterkaitan. Pasti dikaitkan antara isu yang satu denga
isu lain.
Mari kita berkaca pada efek poligami
da’i kondang Abdul Gimnastiar (A’Gim). Dalam tinjauan historis maupun
syariat Islam. Tidak satupun ayat dan hadit’s mengharamkan poligami.
Tapi mengapa A’Gim kemudian ditinggal satu persatu jamaah yang sedari
dulu mengelu-elukannya. Itu karena persoalan persepsi saja dari publik,
tidak mau jika tokoh panutannya berbuat yang tidak sesuai dengan
pengharapannya. Poligami memang tidak melanggar norma agama. Namun
perdebatan etis/ tidaknya perbuatan itu masih debatable. Sehingga ranah abu-abu dalam persoalan citra dan popularitas. Seorang harus hati-hati dan cermat mengelolanya.
Setali tiga uang bagi PKS, bukan
kadernya yang disoroti karena berpoligami. Tapi korupsi dipucuk
pimpinan. Korupsi sudah jelas dan nyata-nyata adalah perbuatan yang
menyimpang dari agama. Artinya, perbuatan yang tidak menyimpang saja
dari agama, memiliki efek domino terhadap memori kolektif publik.
Apalagi perbuatan yang nyata-nyata jauh dari ajaran agama. Maka Fathanah’s effect
di sini tidak akan berhenti hingga pemilu dihelat nantinya. PKS akan
dihantam terrus menerus badai korupsi impor daging. Sekelumit perbuatan
nista Fathanah akan selalu dikaitkan dengan LHI sebagai mantan kader
tulen PKS. Bukankah fathanah dan LHI adalah pasangan “duet maut” yang
sengaja memainkan proyek anggaran impor daging sapi.
Dibalik slogan PKS: bersih, korupsi, mulia dan peduli. Sebagai partai yang selling pointnya
syariat dan agama. Otomatis ketika berada dalam jerat pelanggaran norma
agama. Akan disorot tajam oleh publik. Sehingga bukan hal yang latah,
lumrah, ketika PKS disudutkan dalam posisi ini. PKS kok korupsi, PKS kok
memakai “ikon perempuan” dalam mendulang suara-suara pemilih. Kemanakah
agama yang selama ini digembor-gemborkan oleh PKS ?
Oleh karena itu, tidak ada jalan lain
yang dapat dilakukan oleh PKS. Saat ini, dalam rangka mengembalikan
elektabilitas partai. Dari ancaman demoralisasi massanya. Beberapa PR
PKS, diantaranya: pertama, bersikap terbuka atas semua korupsi
yang diakukan oleh kadernya. Karena dengan keterbukaan terhadap KPK, PKS
tetap mendapat citra sebagai partai yang menabuh genderang terhadap
korupsi. Kedua, harus menyediakan stok calon-calon akseptabel
sebagai kredibel alternatif. Menuju kontestasi pemilu 2014. Jikalau
suaranya ingin dipertahankan seperti sedia kalah. Termasuk perlu
melakukan terobosan, dan penetrasi politik, hingga ke tingkat lokal.
Sebagai awal mengembalikan kepercayaan kader dan konstituen militannya. Ketiga,
mesti berani tampil beda, mengusung calon legislatif dari kalangan
kader, bukan caleg karbitan. Apalagi PKS memang terkenal sebagai partai
kader (bukan partai massa). Keempat, memulai memeraktikan
penyelenggaraan kampanye sederhana, tanpa baliho misalnya. Karena PKS
juga dikenal sebagai partai sederhana.
Jika langkah ini berani dilakukan oleh
PKS. Praktis publik akan “jatuh hati” pada PKS, dan melupakan dosa-dosa
PKS sebelumnya. Bukankah kita semua tahu, kalau bangsa ini adalah bangsa
pemaaf dan pelupa. Harapan itu masih ada, karena publik selalu berharap
ada partai yang bersih dan peduli. Kemana lagi publik melabuhkan
pilihannya. Kalau bukan pada PKS. Semoga!***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar