Jumat, 27 Desember 2013

Tuhan dan Jihad Sofyan Hadi di Kreta


Tuhan dan Jihad Sofyan Hadi di Kreta
Damang Averroes Al-Khawarizmi;   Peneliti Republik Institute 
& Co-Owner negarahukum.com
Gorontalo Post, 20  Desember 2013




Ketika semua orang di dunia pada berseloroh, mengenang, berduka, dan bersuka cita atas kepergian tokoh perdamaian Nelson Mandela. Diakhir hayatnya 5 Desember 2013, tiba-tiba selang empat hari dijemputnya tokoh penghapus apartheid itu, di republik ini kemudian kita gagap pula menyaksikan peristiwa naas tabrakan kereta api commuter line jurusan Serpong Jakarta dengan mobil tangki bermuatan bahan bakar premium.

Persitiwa itupun kemudian menimbulkan korban berjatuhan, ada yang luka berat, luka ringan, rawat inap, rawat jalan. Hingga yang paling memilukan, menyayat hati, dan menderai air mata yakni adanya kematian terhadap sejumlah penumpang dan pegawai di dalam kereta api itu.

Satu dan lain hal dari kecelakaan yang menerjang maut dari kecelakaan 9 Desember kemarin. Ada sebuah hikmah patut menjadi catatan, renungan kita bersama, adalah kematian Sofyan Hadi yang berprofesi sebagai tekhnisi kereta bersama rekan sejawatnya Darman Prasetyo (masinis), dan Agus Subroto (asisten masinis).

Tanpa bermaksud mengingkari adapula kesan yang ditinggalkan oleh dua rekan sejawatnya itu, Sofyan Hadilah meninggalkan pesan dan ruang yang penuh makna, tidak kosong untuk kita tafsir bersama. Mari kita simak, beberapa pemberitaan mulai dari media elektronik hingga media cetak mengulas, menceritakan ulang kronologis detik-detik kematian Sofayan Hadi. Saat dilihatnya, di hadapan kereta api itu, sebuah mobil tangki sedang melintas dari kereta yang sedang ditumpanginya. Hanya dalam hitungan detik, waktu yang tersisa, Sofyan Hadi keluar dari kabin Masinis dan memerintahkan penumpang mundur, sambil berpegangan pada tiang atau kursi penumpang.

Di tengah geliat detik-detik kecelakaan demikian, siapa yang tidak takut? siapapun pasti akan menjemput mautnya kalau tidak mencari waktu untuk menyelamatkan diri. Panik, kata yang paling tepat, dipastikan sedang menghinggapi semua penumpang pada waktu itu. Namun Sofyan Hadi bukan pegawai yang pengecut, penghianat, yang sengaja mencari aman. Di lihatnya ada seorang anak menangis mencari-cari ibunya di gerbong depan. Dia langsung membawa anak itu, digendongnya, sampai menggeser anak tersebut ke gerbong belakang. Bahkan sempat bergeser sampai ke gerbong ke tiga demi menyelamatkan anak yang sedikitpun tak dikenalnya.

Ironisnya, Sofyan Hadi masih kembali ke kabin untuk membantu rekan-rekannya memperlambat laju kereta itu. Toh semua atas kuasa Tuhan, sekuat apapun manusia berusaha membentengi diri dari yang namanya maut. Tidak ada yang dapat melawat tabir rahasia Tuhan di alam semesta ini. Tabrakan tak dapat terhindarkan kereta “adu banteng” dengan truk tangki milik pertamina akhirnya ledakan dahsyat terdengar. Penumpang semua pada berlari menyelamatkan diri, berhamburan, berteriak, sampai menyebut nama Tuhan.

Akhirnya Sofyan Hadi bersama dua rekannya, terjebak di tengah kobaran api. Jasadnya ditemukan tim penyelamat, di kabin masinis telah hangus dilalap api. Sungguh memilukan dan mengiris-iris hati, seandainya kita semua, saudara pembaca tat kala hadir melihat kejadian itu.

Tuhan Bersama Sofyan Hadi
Serupa dengan kejadian lainnya, baik yang terjadi dengan diri kita pribadi maupun orang lain. Banyak kali dan berulang-ulang kita mendegarnya, bahwa setiap ada orang yang dijemput oleh yang Maha kuasa. Walau Tuhan lebih mencintai dan menyayanginya, rasa sayang manusia terhadap sesamanya tidak bisa dipungkari. Banyak kisah, pasti akan menjadi sejarah yang berbicara guna mengenang, bernostalgia terhadap orang yang telah meninggalkan kita selamanya. Demikian pula yang terjadi dari tragedy kematian Sofyan Hadi. Seluruh sanak keluarganya bercerita siapa sesungguhnya sosok Sofyan Hadi itu ?

Dideskripsikan dalam suasana berduka, isak tangis yang mendalam oleh ayah tercintanya, mrelalui siaran TV swasta, Ade rukhim mengakui anaknya itu sebagai pribadi yang ulet, rajin, patuh pada orang tua, bahkan dikenal supel, dan muda bergaul dengan semua kalangan. Diketahui pula dari pengakuan keluarga Sofayan Hadi, bahwa cita-cita untuk menjadi masinis kereta api merupakan pekerjaan yang sudah lama di dambakannya, walau belum mejadi masinis hingga maut dini menjemputnya, hanya seorang tekhnisi tapi hidupnya sudah diabadikan sepenuhnya di kereta.

Pertanyaan yang mengganjal, serta menyisakan asa buat kita semua. Apakah Sofyan Hadi lebih mencintai hidup orang lain dari pada dirinya pribadi ? Mengapa dengan begitu mulia menyelematkan hidup seorang anak kecil, padahal dia belum melakoni hidup bak seorang ayah, Sofyan Hadi keburuh meninggal sebelum meminang kekasih yang dicintainya sejak SMP itu.

Namun yang pasti, tanpa ditanya kepada mereka, siapapun itu, tanpa menanyakan identitasnya (ras, agama, suku, bahkan bangsa) semua dipastikan akan menjawab kematian Sofyan Hadi adalah kematian bersama dengan Tuhan. Semua orang pada mendoakannya selamat di akhirat.

Jihad di Kereta
Hemat saya mencermati peristiwa kecelakaan tersebut, atas keterbatasan saya pula sebagai penulis jalanan. Ada sebuah pembeda lakon jihad yang dilakukan oleh Sofyan Hadi dengan klaim jihad oleh para teroris melalui aksi bom bunuh diri.

Sofyan Hadi memang mengorbankan jiwanya tapi bukan untuk membunuh. Tetapi untuk menyelamatkan segelintir umat manusia yaitu penumpang. Inilah jihad di kreta yang penting ditangkap dan ditelaah bersama oleh para mujahidin, bahwa jihad tidak selamanya harus turun di medan perang mempertahankan agama, harta, dan hak milik yang diakuinya. Jihad, yang dimaknai berjuang di jalan Allah bisa dilakukan dimana saja tanpa mengenal ruang dan waktu. Aksi jihad bisa dilakukan di kampus, di jalan, di kantor kerja, di parlemen dan seterusnya, kalau semua itu dilakukan semata-semata dengan niat ikhlas untuk meraih keridhoan Allah SWT.

Tragedi kematian Sofyan Hadi menjadi pelajaran khusus ummat Islam, mengorbankan raga dan nyawa, Tuhan akan mengganjarnya dengan sebuah kemewahan, yang penting itu untuk keselamatan sesama, keselamatan umat manusia tanpa melihat warna kulit, agama dan latar belakang mereka.

Kisah penyelamatan anak mungil oleh Sofyan Hadi seolah memutar ulang sejarah, aksi heroik, jiwa kesatria Ali Bin Abi Thalib yang rela tersayat pedang demi melindungi Nabiullah Muhammad SAW di medan perang. Tak terkecuali ummat nasrani, Kristen, bahwa kerelaan Yesus memanggul dosa ummatnya, melalui cara penyaliban. Serupa pula dengan perilaku yang telah diperankan oleh Sofyan Hadi akhirnya hangus terbakar api demi menyerukan kepada para penumpang agar cepat gegas menyelamatkan diri.

Bulan Desember, banyak orang menyebutnya sebagai Desember kelabu, sebuah judul lagu yang pernah dipopulerkan oleh Maharani Kahar di era 1980-an ada benarnya untuk konteks hari ini, bahkan untuk waktu yang akan datang. Begitu banyak peristiwa yang menyebabkan bulan itu menjadi kelabu. Tetapi kelabu dan berdukanya umat manusia di bulan itu, masih ada ruang yang tersisa bagi kita untuk membaca kuasa dan maha penyayangnya Tuhan atas seluruh ummatnya. Tinggal kita memaksimalkan saja potensi yang telah dikaruniakan oleh Allah, semenjak kita dilahirkan di muka bumi ini. Wallahu wa’lam bissowab. (*)

“Lingkaran Setan” Pengumuman CPNS

Lingkaran Setan Pengumuman CPNS
Apriyanto Nusa Mahasiswa Pascasarjana Umi Makassar,


 
Setelah sekian kali tertunda, akhirnya hasil seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) telah diumumkan secara resmi oleh panitia seleksi nasional (Panselnas) yang ada di kementerian dan pendayagunaan aparatur Negara (KemenPan) (24/12/2013). Dengan telah diumumkannya hasil seleksi CPNS ini, maka Kecemasan dan rasa was-was yang selama ini menghantui pikiran dan bathin pelamar selama sebulan lebih telah terjawab sudah. Dan perasaan sedih serta gembira dapat dipastikan menjadi balutan tersendiri dalam diri setiap pelamar yang melihat pengumuman tersebut. Sedih karena diumumkan tidak lulus, serta gembira karena dinyatakan lulus.

Bagi yang dinyatakan lulus pun jangan terlalu jumawa dan berbesar hati, karena proses pengumuman hasil akhir bagi yang dinyatakan lulus sebagai PNS diserahkan ke Badan Kepegawaian yang ada di masing-masing daerah. Hasil yang diumumkan oleh panitia seleksi nasional sebelumnya hanya mengumumkan kelulusan yang telah memenuhi passing grade (standar kelulusan) yang telah ditetapkan oleh panitia nasional yang ada di kementerian dan pendayagunaan aparatur Negara (Kemenpan).

Polemik Kelulusan
Menurut hemat penulis, Format pengumuman kelulusan seperti ini kembali akan menjadi polemik dan menimbulkan potensi akan terjadinya manipulasi dalam pengumuman hasil akhir nanti. Dan bahkan kemungkinan besar akan terjadi “transaksi haram” antara pelamar dengan oknum pegawai/pejabat yang ada di daerah. Apalagi melihat hasil yang diumumkan oleh panitia seleksi nasional hanya mencantumkan nilai total atau skor tesnya saja yang memenuhi standar kelulusan (Passing Grade), tidak disebutkan, dengan skor yang diraih itu, peserta tersebut berada di rangking berapa.

Hal ini jelas memberikan celah bagi terjadinya manipulasi, apalagi penetapan kelulusan di tentukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK). Jika di pusat, PPK-nya adalah Menteri/kepala lembaga, sedangkan di daerah, PPK-nya adalah Gubernur, bupati/walikota. Sekalipun PPK yang ada di pusat sudah mengumumkan seseorang lulus berdasarkan passing grade, tetap belum dipastikan yang bersangkutan lulus menjadi CPNS. Hasil akhir yang mengumumkan seseorang lulus CPNS atau tidak, harus berdasarkan penetapan PPK yang ada di daerah masing-masing.

Jika ternyata, hasil kelulusan CPNS yang diumumkan oleh Panitia Seleksi Nasional (Panselnas) berdasarkan penetapan Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) yang ada di pusat, tidak mencantumkan rangking, bagaimana bisa muncul transparansi dalam menentukan seseorang lulus menjadi CPNS? Misalnya, setiap formasi hanya ada 5 orang yang akan diterima, bisa saja pengumuman Pemda langsung dipaparkan 5 nama yang lolos. Dan publik tidak tahu, apa benar 5 nama yang lolos itu adalah 5 terbaik, berdasarkan rangking 1 hingga rangking 5. Lebih-lebih lagi Pemda dalam mengumumkan yang lolos hanya nama peserta yang dicantumkan, tanpa disertai dengan nilai kelulusan (passing grade). Tentu hal ini lebih menimbulkan pertanyaan lagi dari peserta lain yang ditetapkan lulus oleh PPK pusat, apakah misalnya, 5 nama yang dicantumkan Pemda tersebut nilainya memang lebih tinggi dari peserta lainnya atau tidak?

Tentunya yang hanya mengetahui ini adalah Pemda sendiri. Hal ini yang terjadi di Makassar, dimana pengumuman dari Pemda hanya langsung mencantumkan nama-nama yang lolos saja, tanpa disertai dengan nilai kelulusan (Passing Grade) yang telah ditetapkan oleh PPK pusat. Maka kalau model pengumuman seperti ini yang terjadi, dapat dipastikan kontrol dari publik akan sulit dilakukan. Serta hanya akan menumbuhkan ketidakpercayaan publik akan hasil yang telah di umumkan oleh Pemda itu sendiri.

Sebaiknya Apa ?
Untuk meminimalisir ketidak percayaan publik atas pengumuman akhir yang diserahkan ke masing-masing daerah tersebut, seharusnya setiap badan kepegawaian daerah (BKD) yang ada di masing-masing wilayah, dalam mengumumkan hasilnya harus merangking keseluruhan peserta yang memuhi standar penilaian (passing grade ) lengkap dengan bobot nilainya, kemudian memberikan catatan bahwa yang lulus/diterima hanya sesuai dengan jumlah dari setiap formasi yang telah ditentukan sebelumnya. Misalnya, yang dinyatakan memenuhi standar penilaian oleh PPK pusat ada 15 orang, maka 15 orang itu harus di umumkan sesuai perangkingan dari bobot nilai yang tertinggi sampai yang terendah. Jikalau dalam formasi itu yang diterima hanya 4 orang, maka Pemda dalam pengumuman tersebut, dapat memberikan catatan bahwa yang lulus/ diterima hanyalah rangking 1 sampai 4, dan rangking 5 sampai rangking 15 dinyatakan tidak lulus. Sehingga dengan model seperti ini, peserta lain bisa mengetahui bahwa tidak lulusnya peserta tersebut dikarenakan masih adanya peserta lain memiliki nilai yang tertinggi.

Proses penundaan pengumuman ini juga, akan sulit meredam ketidakpercayaan publik atas hasil yang akan diumumkan nanti. Mungkin akan banyak spekulasi miring bahwa pengumuman tersebut tidak lagi berjalan obyektif seperti yang di idam-idamkan selama ini. Spekulasi seperti ini tidak bisa dielakkan, karena memang Pemda sendiri yang telah membuka ruang itu sehingga memunculkan berbagai macam tanggapan dari proses pengumuman itu sendiri.

Lulus atau tidak, memang merupakan persoalan rezki bagi seseorang. Karena semua ini tak ubahnya seperti sebuah kompetisi, ada yang menang ada juga yang kalah. Begitu juga dalam perektutan CPNS, ada yang dinyatakan lulus ada pula yang tidak. tapi juga jangan menggunakan “power” kekuasaan, kedekatan keluarga atau materi untuk meluluskan seseorang yang semestinya tidak lulus, kemudian berdalih bahwa ini persoalan rizki atau tidak. Karena itu, sama halnya dengan mengambil hak orang lain, yang tentunya setiap nilai-nilai agama melarangnya.

Inilah yang menjadi dilema bagi setiap pelamar dan tantangan tersendiri juga bagi pegawai/pejabat yang memiliki otoritas kuat di daerah. Apakah dalam mengumumkan hasil akhir nanti akan berjalan dengan obyektif dan jujur, atau kemudian akan ada pengaruh kuat dari oknum yang memiliki jabatan atau kekuasaan tertinggi di masing-masing daerah. Semua ini hanya timbul dari tingkat kesadaran masing-masing pihak.

Nilai Kejujuran pasti akan dipertaruhkan dalam menentukan seseorang layak lolos sebagai CPNS atau tidak. Problem seperti ini akan terus ada jika masing-masing pihak tidak melakukan introspeksi diri. jika ini tidak dilakukan, maka dapat dipastikan perekrutan CPNS kali ini masih berada dalam “lingkaran setan” dan menjadi hiasan kenangan yang menyakitkan bagi pelamar yang dinyatakan tidak lulus.***